JAKARTA - Selama bertahun-tahun, jamu telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia sebagai minuman tradisional yang dianggap aman dan serbaguna. Banyak orang meminumnya dengan keyakinan bahwa jamu dapat menjaga kesehatan tubuh tanpa efek samping apa pun.
Kepercayaan turun-temurun ini membuat jamu disandingkan dengan simbol keseimbangan hidup, sehingga masyarakat sering merasa tenang ketika mengonsumsinya kapan saja. Namun, pemahaman seperti ini justru membuka celah bahaya baru yang sering tidak disadari hingga terlambat.
Di balik citranya yang lembut dan alami, jamu ternyata bisa menimbulkan gangguan kesehatan bila dikonsumsi tanpa batasan. Fakta ini semakin sering disorot oleh tenaga kesehatan yang melihat kasus kenaikan efek samping akibat konsumsi tidak terkontrol.
Salah satu kekhawatiran datang dari dr. Syifa yang menilai tren konsumsi jamu berlebihan kini semakin membuat cemas. Kebiasaan mengonsumsi jamu secara sembarangan turut memicu masalah kesehatan serius yang sering kali berkembang tanpa gejala awal.
Risiko Hepatotoksisitas yang Kian Mengintai Pecinta Jamu
Dalam penjelasan yang disampaikan pada Selasa, 18 November 2025, dr. Syifa memaparkan ancaman yang kerap muncul akibat konsumsi jamu berlebihan. “Mengonsumsi jamu secara berlebihan dapat menimbulkan masalah yang disebut dengan Hepatotoksisitas,” ujarnya.
Istilah hepatotoksisitas merujuk pada kerusakan hati yang dipicu oleh zat tertentu, termasuk kandungan herbal yang ada dalam jamu. Kondisi ini menjadi berbahaya ketika konsumsinya tidak diatur dan dilakukan secara terus-menerus tanpa jeda.
Banyak orang menilai jamu aman hanya karena berasal dari bahan alami, padahal tubuh tetap memiliki batas kapasitas untuk memproses zat apa pun. Jika takaran jamu diminum secara bebas seperti air minum biasa, tubuh bisa kewalahan menghadapinya
Apalagi meningkatnya penjualan jamu instan mendorong masyarakat untuk mengonsumsi minuman herbal tanpa mempertimbangkan aturan pakai yang benar. Kebiasaan ini diperparah dengan campuran temulawak, madu, hingga telur ayam mentah yang dianggap memberikan stamina cepat.
Menurut dr. Syifa, anggapan tersebut justru berpotensi berbalik menjadi efek negatif bagi tubuh. “Tujuan untuk mendapatkan tambahan kekuatan malah akan berakibat sebaliknya,” jelasnya.
Konsumsi jamu dengan campuran bahan tertentu dalam jumlah berlebihan dapat membuat tubuh cepat lelah dan menunjukkan gejala pucat serta mata yang tampak menguning. Tanda ini menunjukkan bahwa hati mulai mengalami penurunan fungsi karena harus bekerja lebih keras dari biasanya.
Perubahan warna urine yang semakin pekat juga dapat menjadi sinyal awal bahwa sesuatu tidak berjalan baik dalam sistem metabolisme tubuh. Jika hal ini diabaikan, masalah tersebut dapat berkembang menjadi HILI atau herbal-induced liver injury.
Dalam kondisi demikian, jamu bukan lagi membantu tetapi justru menambah beban tubuh yang sudah bekerja keras setiap hari. Kebiasaan meminumnya tanpa batasan pada akhirnya dapat memicu kerusakan hati yang lebih serius.
Ketika Jamu Diminum Setelah Olahraga, Beban Organ Makin Berat
Menurut dr. Syifa, salah satu waktu terburuk untuk minum jamu adalah setelah olahraga. Pada kondisi ini, tubuh sedang sibuk memproses sisa metabolisme seperti asam laktat yang dihasilkan dari aktivitas fisik.
“Masalahnya bukan pada jamunya, namun pada takarannya. Banyak orang Indonesia mengonsumsi jamu layaknya orang yang sedang minum air putih,” imbuhnya.
Ketika seseorang memaksakan minum jamu saat organ masih fokus pada pemulihan metabolik, hati dan ginjal harus bekerja dua kali lipat. Keadaan ini dapat meningkatkan risiko hepatotoksisitas terutama bila dilakukan berulang tanpa jeda.
Tingginya aktivitas metabolik setelah olahraga membuat organ tubuh memerlukan waktu istirahat yang cukup. Jika pada waktu tersebut tubuh dipaksa memetabolisme zat tambahan dari jamu, potensi kerusakan pun semakin besar.
Sebuah riset yang terbit pada tahun 2022 menunjukkan bahwa lebih dari 20 persen kasus gagal hati di Asia Tenggara dipicu oleh konsumsi jamu dan herbal berlebihan. Data ini menunjukkan bahwa risiko jamu bukan sekadar teori, tetapi sudah terjadi secara nyata.
Kondisi ini diperparah karena gejala awal sering muncul samar atau bahkan tidak terasa sama sekali. Banyak kasus baru terdeteksi ketika kerusakan hati sudah cukup parah sehingga pemulihannya memerlukan usaha panjang.
Saat hati mulai berada di titik lelah, tubuh memberi sinyal yang tidak boleh diabaikan meski terlihat kecil. Kemunculan gejala ringan harus menjadi peringatan agar konsumsi jamu dikurangi dan tidak dilakukan sembarangan.
Pentingnya Menghargai Limit Organ Tubuh Agar Tetap Sehat
Dalam banyak kasus, masalah kesehatan akibat jamu tidak muncul karena kualitas jamu, tetapi karena dosis yang berlebihan. Tubuh bukan mesin tanpa batas, sehingga konsumsi apa pun tetap harus mempertimbangkan kemampuan organ untuk memprosesnya.
Hati memang memiliki kemampuan regenerasi, namun kapasitas itu tetap memiliki batas tertentu yang tidak boleh dilampaui. Ketika kerusakan hati mencapai lebih dari 60 persen, kemampuan tubuh untuk memproses racun dan mempertahankan stamina akan menurun drastis.
Pada tingkat kerusakan tertentu, tubuh menunjukkan tanda-tanda seperti cepat lelah, hilang selera makan, dan perubahan warna kulit. Gejala ini tidak boleh disepelekan karena menunjukkan kondisi yang membutuhkan perhatian serius.
Jika konsumsi jamu tetap dilanjutkan dalam keadaan seperti ini, kerusakan dapat berlangsung lebih cepat karena hati sudah tidak mampu bekerja optimal. Maka dari itu, keseimbangan antara konsumsi jamu dan kondisi tubuh menjadi aspek yang harus dipahami masyarakat.
Menurut dr. Syifa, sebenarnya tubuh dapat menjaga kesehatannya dengan cara sederhana. “Sebenarnya kondisi tubuh seseorang bisa cukup sehat hanya dengan istirahat dan olahraga yang terukur,” tutupnya.
Pesan ini menegaskan bahwa jamu hanyalah pendukung, bukan keharusan untuk membuat tubuh bertenaga setiap hari. Tindakan sederhana seperti tidur cukup dan rutin bergerak justru lebih aman dan efektif untuk kesehatan jangka panjang.
Bijak Mengonsumsi Jamu, Bukan Menolak Jamu
Jamu tetap memiliki manfaat besar selama dikonsumsi pada porsi yang tepat dan tidak berlebihan. Masyarakat Indonesia hanya perlu lebih memahami bahwa sesuatu yang alami tetap memiliki batas aman dalam penggunaannya.
Dengan mengatur pola minum dan memperhatikan kondisi tubuh, jamu dapat menjadi bagian dari gaya hidup sehat tanpa menimbulkan risiko. Menghindari konsumsi berlebihan berarti memberi kesempatan bagi organ tubuh untuk bekerja dengan wajar dan tetap terjaga.