JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) membukukan laba bersih periode berjalan senilai Rp40,77 triliun sepanjang Januari–September 2025. Jika ditambah kepentingan non-pengendali sebesar Rp453,43 miliar, laba konsolidasi mencapai Rp41,23 triliun.
Kinerja bank pelat merah ini mulai menunjukkan tanda pemulihan dibandingkan paruh pertama tahun ini. Laporan keuangan yang dirilis pada Kamis, 30 Oktober 2025, sejalan dengan proyeksi konsensus analis Bloomberg yang memperkirakan laba bersih BRI kuartal III-2025 sebesar Rp14,79 triliun.
Pendapatan total BRI hingga sembilan bulan pertama tahun ini mencapai Rp41,02 triliun. Hal ini menunjukkan stabilitas kinerja di tengah kondisi ekonomi nasional yang masih menyesuaikan pasca pandemi.
Pendapatan dan Pertumbuhan Net Interest Income BRI
Dari sisi pendapatan, net interest income (NII) BRI Group pada periode sembilan bulan pertama tercatat Rp110,9 triliun. Angka ini naik dibandingkan Rp107,8 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, pendapatan berbasis komisi dan provisi atau fee-based income juga meningkat tipis. Nilainya naik dari Rp15,3 triliun menjadi Rp15,7 triliun, mencerminkan peningkatan aktivitas layanan perbankan non-bunga.
Kenaikan pendapatan ini turut menjadi indikasi pemulihan daya beli masyarakat. Bank terus memperluas produk dan layanan agar mendukung inklusi keuangan di berbagai wilayah.
BRI juga menunjukkan manajemen risiko yang prudent. Peningkatan biaya pencadangan atau impairment sebesar 13,99% menjadi Rp33,58 triliun menunjukkan kehati-hatian dalam menjaga portofolio kredit.
Ekspansi Aset dan Kredit Tumbuh Signifikan
Total aset BRI Group per September 2025 mencapai Rp2.123 triliun. Angka ini meningkat dari Rp1.992 triliun pada akhir Desember 2024, menunjukkan ekspansi yang kuat sepanjang sembilan bulan pertama.
Pertumbuhan aset didorong oleh kenaikan kredit yang menembus Rp1.438 triliun. Nilai ini naik dari Rp1.353 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya, mencerminkan peningkatan permintaan pembiayaan dari sektor usaha maupun individu.
Selain itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga meningkat signifikan. DPK tercatat sebesar Rp1.474 triliun, naik dari Rp1.362 triliun per September 2024, mendukung likuiditas bank dalam menyalurkan kredit.
Peningkatan DPK juga menegaskan kepercayaan masyarakat terhadap BRI. Rasio pinjaman terhadap simpanan atau LDR tetap sehat, menjaga stabilitas neraca bank.
Kinerja BRI sebagai Indikator Kesehatan Ekonomi Nasional
Kinerja BRI menjadi barometer pemulihan ekonomi domestik. Laba konsolidasi yang mencapai Rp41,23 triliun menunjukkan bank tetap mampu mencetak pertumbuhan meski kondisi ekonomi belum sepenuhnya pulih.
Ekspansi kredit ke sektor UMKM juga menjadi faktor utama. Portofolio kredit UMKM yang dominan memperlihatkan peran BRI dalam mendukung perekonomian lokal dan pembangunan daerah.
Pendapatan berbasis fee-based income yang meningkat menandakan diversifikasi layanan berhasil. Produk non-bunga kini menjadi salah satu sumber pendapatan yang stabil dan membantu menjaga kesehatan finansial bank.
Di sisi manajemen risiko, kenaikan pencadangan mencerminkan kehati-hatian BRI dalam menghadapi tantangan ekonomi. Strategi ini penting untuk menjaga kualitas aset dan meminimalisir risiko kredit macet di masa depan.
Dengan capaian ini, BRI diyakini mampu mempertahankan pertumbuhan yang stabil hingga akhir tahun. Bank terus berfokus pada ekspansi kredit, peningkatan layanan, dan efisiensi operasional untuk mendukung keberlanjutan bisnis.