Kenali Tanda dan Bahaya Gula Darah Ekstrem untuk Pencegahan Komplikasi Diabetes

Selasa, 28 Oktober 2025 | 13:06:05 WIB
Kenali Tanda dan Bahaya Gula Darah Ekstrem untuk Pencegahan Komplikasi Diabetes

JAKARTA - Bagi penderita diabetes, kadar gula darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah bisa menjadi ancaman serius. Banyak pasien tidak menyadari risiko ini karena gejalanya kadang samar atau muncul tiba-tiba.

Ketika gula darah tidak terkendali dalam waktu lama, tubuh akan memberikan sinyal peringatan. Hipoglikemia sering ditandai dengan keringat dingin, gemetar, atau bingung, sedangkan hiperglikemia bisa memicu penurunan berat badan, rasa lapar berlebihan, hingga napas beraroma manis.

Kondisi ekstrem yang tidak segera ditangani bisa berkembang menjadi keadaan darurat. Dalam kasus parah, komplikasi bahkan bisa mengancam nyawa.

Hipoglikemia: Gula Darah Terlalu Rendah

Hipoglikemia dapat terjadi tiba-tiba dan terasa sangat mengkhawatirkan. Keluarga atau pengasuh pun sering panik ketika melihat gejala muncul secara mendadak.

Gejala hipoglikemia bervariasi pada tiap orang, namun biasanya meliputi gemetar, mudah marah, bingung, lapar berlebihan, jantung berdebar, keringat dingin, pusing, mual, kulit pucat, lemas, mengantuk, penglihatan kabur, kesemutan di bibir atau wajah, sakit kepala, sulit koordinasi, hingga mimpi buruk saat tidur.

Hipoglikemia berat bahkan bisa memicu kejang. Level keparahannya dibagi menjadi tiga menurut American Diabetes Association: ringan, sedang, dan parah.

-Level 1: Gula Darah Rendah Ringan
Pada level ini, kadar gula darah berada di bawah 70 mg/dL tetapi masih di atas atau sama dengan 54 mg/dL. Gejala umumnya ringan dan masih bisa diatasi dengan mengonsumsi makanan atau minuman manis.

-Level 2: Gula Darah Rendah Sedang
Kadar gula darah di bawah 54 mg/dL menandakan tubuh mulai kekurangan glukosa untuk fungsi otak. Gejala neuroglikopenik seperti pusing, lemas, gemetar, sulit fokus, atau linglung bisa muncul dan membutuhkan penanganan cepat.

-Level 3: Gula Darah Rendah Parah
Hipoglikemia parah membuat seseorang tidak bisa menolong dirinya sendiri. Biasanya dialami oleh penderita diabetes tipe 1 yang menggunakan insulin, dan jika tidak segera ditangani, bisa berkembang menjadi kejang, pingsan, koma, atau kematian.

Hiperglikemia: Gula Darah Terlalu Tinggi

Hiperglikemia bisa muncul tanpa gejala, tetapi jika berlangsung lama dapat menimbulkan komplikasi diabetes. Baik pembuluh darah kecil (mikrovaskular) maupun besar (makrovaskular) berisiko mengalami kerusakan.

Target gula darah setiap pasien berbeda-beda, tergantung usia, jenis diabetes, lama penyakit, dan kondisi kesehatan lainnya. Secara umum, target untuk orang dewasa adalah gula darah puasa 80–130 mg/dL dan 1–2 jam setelah makan kurang dari 180 mg/dL.

Tanda-tanda hiperglikemia meliputi haus berlebihan, sering buang air kecil, lapar berlebihan, penglihatan kabur, mudah lelah, serta kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki. Jika kadar gula tinggi disertai keton, kondisi ini bisa mengancam nyawa, terutama pada pasien diabetes tipe 1 atau tipe 2 yang menggunakan insulin atau SGLT-2 inhibitor.

Kondisi darurat hiperglikemia
Ketoasidosis diabetik (DKA) terjadi ketika tubuh kekurangan insulin sehingga membakar lemak dan menghasilkan keton berlebihan. Gejala awal berupa haus berlebihan dan sering buang air kecil, sementara gejala lanjut termasuk napas cepat, sakit perut, muntah, kulit dan mulut kering, serta napas berbau buah.

Sindrom hiperglikemi hiperosmolar nonketotik (HHNS) lebih sering terjadi pada diabetes tipe 2 saat ada infeksi. Kadar gula darah bisa melonjak di atas 600 mg/dL, disertai lemas, mual, penurunan berat badan, mulut kering, demam, kejang, bingung, hingga koma.

Penanganan Gula Darah Ekstrem

Hipoglikemia bisa segera ditangani dengan karbohidrat cepat serap, misalnya segelas jus, satu sendok makan gula atau madu, permen, tablet glukosa, atau gel glukosa. Aturan “15-15” dianjurkan: konsumsi 15–20 gram karbohidrat, cek ulang gula darah 15 menit kemudian, dan ulangi jika perlu.

Hindari makanan berlemak atau protein berlebihan saat gula darah rendah. Setelah gula darah normal, konsumsi camilan atau makanan yang mengandung karbohidrat dan protein untuk mencegah gula turun kembali.

Hipoglikemia berat memerlukan bantuan orang lain untuk memberikan glukagon. Orang tua, guru, atau pengasuh sebaiknya tahu cara penggunaannya agar penderita dapat pulih dengan aman.

Penanganan hiperglikemia tergantung seberapa tinggi kadar gula, penyebabnya, dan adanya keton. Misalnya, dosis insulin tambahan bisa diberikan bila gula naik setelah makan.

Jika gejala berat muncul, segera hubungi dokter. Penanganan hiperglikemia biasanya melibatkan cairan, insulin, dan penggantian elektrolit, tergantung kondisi pasien.

Pencegahan dan Kontrol Diabetes

Pemeriksaan gula darah secara rutin sangat penting, terutama bagi mereka yang berusia di atas 35 tahun. Tujuannya adalah mendeteksi diabetes sejak dini dan mencegah komplikasi.

Penderita diabetes harus bekerja sama dengan dokter untuk menetapkan target gula darah dan rencana pengobatan. Mengikuti saran dokter mengenai pola makan, olahraga, dan pengobatan rutin membantu menjaga kestabilan gula darah.

Alat continuous glucose monitor (CGM) dapat membantu memantau kadar gula setiap beberapa menit. Pengetahuan tentang makanan, obat, aktivitas fisik, stres, dan hormon sangat berguna untuk mengantisipasi fluktuasi gula darah.

Menjaga pola makan sehat, membatasi karbohidrat olahan, dan tetap aktif secara fisik juga penting untuk orang tanpa diabetes. Pencegahan dan pemantauan yang konsisten adalah kunci agar gula darah tetap dalam batas aman dan risiko komplikasi minimal.

Terkini